Rabu, 27 Februari 2013

Risalah Pergerakan (Hasan AlBanna)


RESENSI BUKU RISALAH PERGERAKAN IKHWANUL MUSLIMIN

(Hasan Al-Banna)

Buku ini berjudul Risalah Pergerakan Ikhwanul Muslimin karya Al Imam Asy Syahid Hasan Al-Banna. Jika dilihat dari nama judulnya buku ini berisi kumpulan surat, makalah, dan transkrip pidato yang pernah dibuat dan disampaikan oleh Hasan Al Banna sepanjang hidupnya di medan dakwah dan jihad. Keistimewaan dari buku ini terletak pada keistimewaan penulisnya dan gerakan dakwah yang dirintisnya yaitu Ikhwanul Muslimin.

Buku risalah pergerakan yang diterbitkan oleh Daarud Dakwah, Iskandaria, Mesir ini terdiri dari 2 jilid. Di dalam buku jilid 1 diawali dengan pendapat dari beberapa tokoh islam kontemporer mengenai Hasan Al Banna seperti Abu Hasan Ali An-Nadwi, Syaikh Muhammad Al-Hamid, Syaikh Muhammad Al-Ghazali, Syaikh Ramadhan, Al-Bahi Al-Khuli, dan Hasan Al Banna. Buku jilid 1 terdiri dari beberapa bab antara lain: dakwah kami, sikap kami terhadap berbagai isme, kepada apa kami menyeru manusia, menuju cahaya, kepada para pemuda dan secara khusus kepada para mahasiswa, dakwah kami di zaman baru, antara kemarin dan hari ini, risalah muktamar kelima, agenda persoalan kita dalam kacamata sistem  islam, dan problem-problem internal kita dalam kacamata system Islam. Sedangkan di buku jilid 2 yang diterbitkan oleh Daarud Dakwah, Iskandaria, Mesir juga terdiri dari beberapa bab antara lain adalah risalah jihad, mar’ah muslimah, kepada mahasiswa, muktamar keenam, apakah kita para aktivis, risalah ta’lim, nizhamul usar, Al-Aqa’id, Al-Ma’tsurat, Al-Wazhifah, Wirid Al-Quran, Doa-doa siang dan malam, Doa-doa ma’tsur dalam berbagai kesempatan, dan wirid-wirid ikhwan setelag wirid qur’ani dan wirid alma’surat.

Buku jilid 1 yang ditulis oleh Hasan AlBanna dalam pendahuluannya menjelaskan mengenai dakwah ikhwanul muslimin. Dakwah Ikhwanul Muslimin dijelaskan sebagai dakwah yang memiliki karakter keterusterangan, kesucian, kasih sayang, keutamaan milik Allah, melebur, kejelasan, dua iman, dan seruan. Dan bagaimana sikap ikhwan menanggapi berbagai faham dan aliran di seluruh dunia. Selanjutnya adalah membahas mengenai tujuan dari seruan ikhwanul muslimin. Dijelaskan oleh Hasan Al Banna bahwa tolak ukur itu adalah kitabullah; dialah lautan darimana kita meraup mutiara kecemerlangan, dan referensi kepada mana kita menentukan hukum.

Pada bagian “Menuju Cahaya”secara umum disampaikan tentang pentingnya reorientasi kekuasaan agar kembali kepada cita-cita Islam, pandangan Islam terhadap politik barat dan solusi-solusi konkrit untuk memperbaiki kebijakan pemerintah. Berikutnya secara khusus, Hasan Al banna juga membahas seputar wanita dalam ‘Mar’ah Muslimah’. Di dalamnya ia menjelaskan urgensi wanita di dalam Islam dan bagaimana kontekstualisasi kesetaraan antara laki-laki dan wanita. Bagaimana pendapat Islam tentang wanita juga bantahan terhadap beberapa pendapat yang dianggap menyimpang seputar wanita. Selanjutnya, Hasan al-Banna menjelaskan beberapa 'modifikasi' yang harus dilakukan dalam dakwah sesuai tuntutan jaman. Tentu saja Islam itu sendiri tidak perlu (dan tidak boleh) diubah, hanya saja cara penyampaian dan urutan dakwah perlu dirumuskan demi mencapai tujuan tersebut. Dalam buku ini juga dilampirkan Risalah yang disampaikan oleh Hasan al-Banna pada Muktamar Ikhwanul Muslimin yang ke-5.

 Jihad merupakan sebuah kewajiban yang diperintahkan oleh Allah SWT bagi setiap muslimin. Jihad merupakan kewajiban yang tidak ada alasan bagi muslim untuk meninggalkannya. Allah akan melipatgandakan pahala bagi orang-orang yang berjihad di JalanNya dan apalagi jika ia gugur (syahid) dalam berjihad maka surge adalah balasannya. Allah berfirman dalam AlQuran yang artinya :

“Telah diwajibkan atas kalian berperang padahal berperang itu adalah sesuatu yang kalian benci. Dan bias jadi kalian membenci sesuatu, padalah sesuatu itu baik bagi kalian. Dan bias jadi (pula) kalian menyukai sesuatu, padalah sesuatu itu buruk bagi kalian. Allah mengetahui, sedang kalian tidak.” (Al Baqarah: 216)

Di dalam buku ini memberikan penjelasan bagaimana kita sebagai kaum muslimin diwajibkan untuk berjihad, disertakan juga beberapa firman Allah dalam AlQuran dan hadist nabi mengenai perintah untuk berjihad. Selanjutnya Hasan Al Banna dalam bab “kepada mahasiswa” menjelaskan mengenai “menuju amal”, dijelaskan bahwa Hasan Al Banna menginginkan suatu masa dimana telah meninggalkan medan kata-kata menuju medan amal, dari medan penentuan strategi dan manhaj menuju medan penerapan dan realisasi.

            Pada bagian Al Ma’surat menjelaskan mengenai wirid dzikir harian senantiasa menjadi kebiasaan para aktivis Islam. Di dalam Al-Masurat terdapat juga doa dzikir-dzikir harian yang ma’tsur. ‘Al ‘Aqaaid’ merupakan bagian yang membicarakan tentang masalah ‘aqidah Islamiyah. Disitu disampaikan seputar konsep dasar ‘aqidah dalam Islam. Bagaimana bahwa Islam sangat menghargai akal manusia beserta dalil-dalilnya. Disampaikan pula tentang asmaa’ul husna yang berjumlah 99 dan bagaimana kontekstualisasinya dalam kehidupan yang juga disertai dalil ‘aqli maupun naqli.

            Dalam buku Risalah Pergerakan ini, memuat juga pidato Hasan Al Banna dalam Muktamar Ikhwanul Muslimin muktamar, yaitu Muktamar Kelima dan Keenam. 
(Syarat DM 2 di Sleman, Yogyakarta)

 

 

 

           

 

 

Rabu, 23 Januari 2013

Tugas Asrama PPSDMS bulan Januari

1. Life Goal
2. Life Plan
3. 2 Form evaluasi yang harus diisi
4. Resume kegiatan : Sharing alumni, Training Pengembangan Diri, Kajian Islam Pekanan, Tahsin Tahfidz AlQuran, dan Kajian Islam Kontemporer

Besok coaching dengan Kang Supriatna pukul 08.30 WIB
Bismillah.. Berharap evaluasi semester 1 PPSDMS berjalan dengan baik. Sadar akan kekurangan diri selama ini dan adanya tekad untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas diri. :D

Selasa, 25 Desember 2012

Polemik Kepemimpinan Bupati Garut yang Kontroversial

KASUS seorang bupati Garut yang menikahi seorang perempuan muda berumur 18 tahun masih menjadi sorotan perbincangan dalam masyarakat, terutama masyarakat Jawa Barat. Bupati yang bernama Aceng Fikri ini menikahi perempuan asal Garut yang bernama Fany Octora. Pernikahan antara keduanya hanya bertahan selama 4 hari dan setelah itu secara sepihak Aceng Fikri yang menjabat sebagai bupati Garut menceraikan istrinya tersebut dengan alasan bahwa sang istri sudah tidak perawan lagi.
Ada tudingan dari masyarakat bahwa perbuatan seperti ini merupakan pebuatan sewenang-wenang dari pejabat daerah. Para pejabat karena jabatannya merasa derajat dirinya lebih tinggi dari rakyatnya sehingga dapat melakukan perbuatan yang ia inginkan dengan melanggar nilai-nilai moral.
Ketua GMBI Garut sekaligus Koordinator Gerakan Rakyat Anti Korupsi (GERAK) Ganda Permana mengatakan, ulah dan gaya kawin cerai seenaknya yang dilakukan Bupati Garut itu tidaklah pantas dilakukan seorang pemimpin. Semestinya, sebagai pemimpin Aceng bisa menjadi teladan dengan memberikan contoh yang baik. Tapi nyatanya, Aceng Fikri terkesan sewenang-wenang dan tega memperdaya seorang perempuan muda yang lugu dan berasal dari keluarga baik-baik.
Kejadian ini membawa dampak depresi, psikis, dan trauma terhadap kejiwaan Fany Octora yang masih belia. Begitu pun juga dampak kepada masyarakat, masyarakat akan kehilangan kepercayaan terhadap pemimpinnya yang seharusnya menjadi teladan. Nama baik dari bupati pun akan tercoret jika terbukti adanya kesewenang-wenangan dalam perbuatannya tersebut.
Alasan dari Bupati Garut untuk menceraikan Fany Octora adalah karena Fany sudah tidak lagi perawan. Hal ini menurut saya bisa jadi pembenaran bagi Aceng Fikri untuk menceraikan Fany. Namun seharusnya sebelum pernikahan tersebut dilangsungkan, Aceng seharusnya mencari keterangan yang benar terlebih dahulu atas wanita yang ingin dinikahinya. Jadi tidak ada alasan perceraian karena sang istri sudah tidak perawan lagi. Hal tersebut dilakukan guna untuk menghindari dampak negatif yang diterima sang istri karena alasan perceraian.
Aceng Fikri sebagai Bupati Garut sudah banyak yang meminta untuk segera diturunkan atau mengundurkan diri karena perbuatan yang dilakukannya. Menjadi pemimpin ialah teladan bagi rakyatnya. DPRD Kabupaten Garut menilai kasus tersebut isyarat jatuhnya etika dan keteladanan elit pemimpin di Kabupaten Garut dan dikhawatirkan menyebabkan anjloknya kepercayaan masyarakat terhadap pemimpin.
Pemimpin adalah sebuah amanah yang diberikan oleh Allah SWT dan setiap kepemimpinan akan dipertanggungjawabkan baik di dunia dan sudah pasti di akhirat. Pemimpin yang baik adalah ia mencintai rakyatnya dan rakyat mencintainya. Menjadi teladan untuk diikuti dan dipercaya oleh rakyatnya ia dapat membawa kebaikan untuk daerah yang dipimpinnya. Bukanlah seorang pemimpin yang baik yang ia lebih mementingkan dirinya daripada kepentingan rakyatnya. Banyaknya kasus korupsi di negeri ini yang mencerminkan bahwa Indonesia saat ini masih dipimpin oleh orang-orang yang belum amanah. Walaupun disisi lain masih ada pemimpin-pemimpin bangsa yang ia amanah dan bertanggungjawab. [SJ/Foto: Istimewa]


http://suarajakarta.com/2012/12/07/polemik-kepemimpinan-bupati-garut-yang-kontroversial/

Rabu, 13 Juli 2011

Bersabar dan Ikhlas

Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun. Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.”
(QS. Al-Baqarah [2] : 155-157).

Setiap manusia di dunia pasti pernah mendapatkan ujian dalam kehidupan. Terkadang kita manusia lebih bisa bersabar ketika diuji dalam hal yang menyenangkan, namun ketika kita diuji oleh Allah dengan hal yang tidak menyenangkan kita pun akan merasa begitu sulit untuk menerimanya dan sulit bersabar.

Segala ujian yang diberikan oleh Allah sebaiknya kita hadapi dengan sabar dan ikhlas walaupun terkadang kita sulit menerimanya. Semua yang ada di dunia ini pada hakikatnya adalah milikNya, termasuk harta kita, jabatan strategis kita dan tubuh kita. Semua itu adalah titipan dari Allah kepada kita. Pada hakikatnya yang namanya titipan hanyalah sementara dan ketika sang pemilik ingin mengambilnya, kita harus bisa rela memberikannya. Bagi kita yang menyadari akan hal tersebut akan lebih mudah untuk merelakannya.


Jadi, jangan menjadi stres, terpukul dan merasa kehilangan yang sangat berat, apabila kemarin kita masih punya motor, sekarang sudah tidak lagi, jangan stres dan bersedih hati apalagi sampai meratapi nasib, apabila bulan kemarin usaha kita masih sukses, sedangkan sekarang kita mengalami kegalalan yang besar.

Karena sesungguhnya dengan adanya musibah, maka seorang hamba akan mendapatkan pengampunan dari Allah SWT. Perhatikan sabda Rasulullah saw berikut ini:  “Tak seorang muslim pun yang ditimpa gangguan semisal tusukan duri atau yang lebih berat daripadanya, melainkan dengan ujian itu Allah menghapuskan perbuatan buruknya serta menggugurkan dosa-dosanya sebagaimana pohon kayu yang menggugurkan daun-daunnya.” (HR Bukhari dan Muslim).


Ketahuilah dan yakinlah, bahwa sesungguhnya dalam setiap cobaan berat yang Allah SWT berikan untuk kita, maka ada hikmah dan pahala yang besar yang menyertainya. Seperti sabda  Rasulullah SAW, “Sesungguhnya pahala yang besar itu, bersama dengan cobaan yang besar pula. Dan apabila Allah mencintai suatu kaum maka Allah akan menimpakan musibah kepada mereka. Barangsiapa yang ridha maka Allah akan ridha kepadanya. Dan barangsiapa yang murka, maka murka pula yang akan didapatkannya.” (HR. Tirmidzi, dihasankan al-Albani dalam as-Shahihah [146])

Rasulullah SAW  bersabda :  “Tiada henti-hentinya cobaan akan menimpa orang mukmin dan mukminat, baik mengenai dirinya, anaknya, atau hartanya sehingga ia kelak menghadap Allah SWT dalam keadan telah bersih dari dosa (HR. Tirmidzi).

Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah seseorang mendapatkan pemberian yang lebih baik dan lebih lapang daripada kesabaran.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Karena itu, marilah kita sabar dan ikhlas dalam segala keadaan, yakinlah bahwa janji Allah pasti benar. Percayalah, sabar dan ikhlas, akan membuahkan kebahagiaan hidup.
Yakinlah bahwa di setiap ujian yang diberikan oleh Allah pasti ada hikmah darinya.
Tetap huznuudzon pada Allah .

"Bagaimanapun pilihan hidup kita, pasti akan ada ujian yang menyertainya" :)

Selasa, 05 Juli 2011

Menulis karena Menunggu

Judul yang baik menurut saya, karena memang benar, saya sedang menunggu, menunggu teman kosan yang sedang mandi, ya lebih baik meluangkan waktu luang untuk mengisi blog hehe, semoga tulisan ini bermanfaat untuk saya dan pembaca pada umumnya..

Ada 1 kalimat dari saya untuk hari ini, "Bekerjalah karena Allah karena dengan itu Anda akan merasakan Semangat dan Kekuatan yang lebih untuk bekerja" -Khaidir Aby P.-

Agenda hari ini :
1. Bertemu dengan Bapak Suwarso (sebagai pemilik rumah/ "istana mini"), yang insya Allah kami (Iyan Oecefa Hadi, Johan A.R., dan Kang Fetrian) akan menghuni rumah beliau di jalan Titiran, Bandung.
2. Ke bengkel untuk periksa kendaraan saya yang sedang sedikit bermasalah pada mesin, ya cukup menguras dompet saya untuk masalah ini hhe..
3. Mau ikutan oprec kepanitiaan MAPAK di kampus, dalam kepanitiaan tsb, saya tertarik sebagai PK (Pembimbing Kelompok). Biar banyak kenal dengan adik tingkat angkatan 2011 juga.
Semoga menyenangkan. ; )

Semoga seluruh agenda ini berjalan dengan lancar dan tetap semangat menjalani hari..
Jadikan hari ini adalah hari yang produktif, tidak hanya sibuk namun tidak bermanfaat.
Karena banyak orang tidak bisa membedakan antara sibuk dan produktif (semoga saya tdk termasuk hhe).
Mereka yang sibuk namun tidak produktif dalam bahasa Caroline Donelly adalah 
"Ibarat Kincir Angin Berwujud Manusia"

Oke, teman saya sudah selesai mandi, saatnya saya mandi sekarang, sebelum didahulukan teman kosan yang lain hehe, mungkin ini saja tulisan saya pagi ini, semoga bermanfaat..
Tetap optimis menjalani hari, karena ingat ya perasangka Allah sama dengan perasangka hambaNya.
Mulai seluruh kegiatan hari ini dengan membaca bismillahirraohmanirrahim




Eits ternyata saya terlambat kawan, kamar mandi udah diisi orang lagi, nasib dah. Tapi gpp saya melanjutkan menulis lagi aja. Sekedar Info, sebenarnya kamar mandi disini bukan hanya 1, tapi ada 5. Mungkin teman2 berpikir ya kenapa ga kamar mandi yang lain ? Jadi gini sob, kenapa tidak yang lain karena saya sudah enak atau PW lah bahasanya sama kamar mandi yang satu ini, selain karena dekat dengan kamar saya, kamar mandi ini juga airnya lebih deras keluarnya, jadi lebih enak hehe..

Mungkin sampai sini aja ya karena kamar mandi sudah kosong ni ..
Assalamualaikum : )

Sabtu, 02 Juli 2011

Bacalah !

Bismillahirrohmanirrahim ..

Pernahkah Anda mendengar ungkapan yang berbunyi “the readers of today are the leaders of tomorrow”? Ya…. Kata-kata bijak tersebut menyatakan bahwa orang-orang yang saat ini suka membaca akan bisa menjadi pemimpin di masa depan. Jadi, jangan remehkan kebiasaan membaca :)

Sering terdengar oleh kita bahwa orang indonesia kurang memiliki minat dalam membaca. Bener ga sih ? Membaca itu suatu hal yang amat pentiing, pengetahuan kita bertambah dengan membaca. Mebiasakan diri kita untuk membaca itu suatu hal yang baik, ketika ada waktu kosong tidak ada salahnya kita luangkan waktu untuk membaca dan membaca. Ada sebuah penelitian di Amerika pernah menunjukkan bahwa orang yang memiliki kebisaan membaca untuk mengisi waktu luangnya ternyata lebih bahagia dibanding dengan mereka yang hanya menonton televisi. Kebiasaan membaca harus kita tanamkan mulai dari sekarang, terkadang memang malas dalam membaca, namum hal tersebut harus dibuang dan paksakan untuk membaca.

Mungkin saya belum cukup meyakinkan Anda bahwa membiasakan membaca sangatlah bermanfaat. Bagaimana kalau Ray Bradbury dan W. Somerset Maugham yang berbicara?

“ Anda tak perlu membakar buku untuk menghancurkan sebuah budaya. Buat saja orang-orang berhenti membaca. “
Ray Bradbury

“Membiasakan diri untuk membaca berarti menjauhkan diri Anda sendiri dari hampir seluruh penderitaan hidup.”
W. Somerset Maugham


Ayoo membaca, tunggu apa lagi kawan ??
Mulai membuat target, misalkan untuk awalan, 1 buku per minggu atau bisa 2 buku per minggu.
Sesuaikan dengan kondisi Anda masing2 ..

:..Selamat Belajar . Selamat Membaca . Selamat berjuang !

Semoga bermanfaat, khususnya bagi saya : )

Jumat, 01 Juli 2011

Memahami Kembali Makna Isra Miraj


Artinya: "Maha suci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya pada malam hari dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang telah kami berkahi di sekelilingnya. Untuk kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda kekuasaan kami. Sesungguhnya Allah maha mendengar lagi maha mengetahui". (Q.S. Al-Isra: 1).

Berkaitan dengan Isra dan Mi’raj para teolog islam banyak berspekulasi tentang perjalanan ke langit pada malam itu, sebab hal itu menimbulkan beberapa kesulitan untuk memecahkanya. Ada yang berpendapat bahwa yang melakukan perjalanan adalah ruhani bukan jasmani, namun istri Nabi Aisyah, “Bahwa jasmaninya tidak hilang” di tentang semakin banyaknya kecenderungan untuk mengklaim bahwa perjalanan ini benar-benar secara jasmani, bahkan kaum Mu’tazilah menguatkan bahwa yang melakukan perjalanan adalah ruhaniah bukan jasmaniah. Namun mufasir Al-Qur’an kenamaan, Thabrani (awal abad ke-10), berpendapat bahwa perjalanan Nabi itu benar-benar terjadi secara jasmani, karena mereka lebih harfiyah, dan dalam Al-Qur’an sebagaimana ditekankan oleh Thabrani dengan jelas mengatakan “Allah telah memperjalankan hambaNya pada malam hari” dan “bukan jiwa hambaNya”.

Dan tidak mustahil ketika kejadian Isra Mi'raj ini banyak ditentang oleh kaum rasionalis dan mereka berdalih "mana mungkin seseorang mampu berjalan melebihi kecepatan sinar". Akan tetapi kenyataan ilmiah membuktikan bahwa setiap sistem gerak mempunyai perhitungan waktu yang berbeda dengan sistem yang lain. Bahwa kebutuhan waktu untuk mencapai suatu sasaran berbeda satu dengan yang lain. Benda padat membutuhkan waktu yang lebih lama di bandingkan dengan suara, demikian juga suara lebih lama di bandingkan dengan cahaya, sehingga kita dapat berkata bahwa ada sesuatu yang tidak membutuhkan waktu untuk mencapai sasaran. Di samping itu juga bahwa Manusia memiliki keterbatasan berpikir, dan berbatas pada eksperimen atau melakukan pengamatan terhadap gejala-gejala alam  yang dapat dilakukan oleh siapa, kapan dan dimana saja.

Isra Mi’raj juga memiliki makna penting dalam ruang imajinasi umat Islam. Makna penting itu jika diurai tentu akan memanjang. Isra Mi’raj, bisa dimaknai dari sudut pergolakan dakwah Nabi, kebenaran doktrin Islam, perjumpaan dengan para Nabi dan lain sebagainya. Tapi yang jelas, kisah-kisah serupa itu mengarahkan pengetahuan dan kesadaran umat beragama akan narasi besar yang memperkukuh dinamika umat untuk menyaksikan kehadiran Yang Mutlak (Allah). Ini penting, setidaknya demi membendung tergelincirnya sejarah ketuhanan dan Agama dari sekadar sejarah dunia yang biasa dan profan.

Disamping itu pula, mirajnya seorang mukmin bukanlah sebuah upaya pendakian spiritual untuk berpaling dari tanggung jawab kemanusiaan, melainkan justru agar terjalin kontak antara kehendak suci di langit dan orientasi manusia di bumi. Shalat dan dzikir bisa dilihat sebagai institusi iman dimana sebuah keyakinan dan orientasi keilahian diterjemahkan dikaitkan dengan orientasi praksis untuk menciptakan salam (perdamaian) diantara sesama manusia. Dengan kata lain, rentangan spektrum Ilahi di satu sisi dan spektrum kemanusiaan disisi yang lain secara metafisis tidaklah tepat jika diletakan dalam perspektif ruang sebagaimana ruang yang kita fahami dalam hidup keseharian. Tetapi keduanya menyatu dalam sebuah kesadaran, sehingga bagi seorang mukmin perilaku kemanusiaan-nya hendaknya memuat kualitas Ilahi, dan kehangatan dalam bertuhan hendaknya terefleksikan dalam perilaku kemanusiaanya. 

Sementara itu menurut tradisi islam, Isra dan Mi’raj terjadi selama priode Makkah yang terahir dari kehidupan Muhammad, tidak lama sebelum hijrah ke Madinah, yang biasa diperingati pada tangal 27 rajab, bulan ke tujuh hijiriyah. Di daerah kasmir (India), biasanya memperingati Mi’raj selama satu mingu dengan memperbanyak bacaan bacaan yang memuji Nabi mengagungkan namanya. Di Turki, malam Mi’raj di perlakukan sama dengan malam kelahiran Nabi, sebagai malam yang penuh dengan berkah dan biasanya malam-malam itu masjid di hiasi dengan lampu-lampu dan diramaikan puji-pujian.

Dalam peristiwa ini di samping Nabi melihat tentang kebesaran-kebesaran Allah, juga diperlihatkannya surga beserta panoramanya dan peristiwa-peristiwa yang lain yang menakjubkan. Berbagai fenomena yang ditemui oleh Nabi saat melakukan wisata religius begitu banyak yang amat mengerikan, seperti bibir dan lidah yang terus tergunting yang mencerminkan hukuman bagi orang-orang yang selalu menyebarkan fitnah. Wajah dan dada yang terus tercakar sebagai gambaran bagi mereka yang suka menindas. Orang-orang terus berenang di kolam nanah dan darah lalu terus dilempari batu, sebagai gambaran siksaan bagi orang-orang yang korupsi dan makan harta riba. Semua amatlah penting untuk dijadikan sebagai referensi renungan di tengah gelombang kehidupan yang semakin runyam dan begitu dahsyat.

Di samping itu juga agar manusia tidak melakukan tindakan-tindakan yang sewenang-wenang. Juga agar manusia tidak melangsungkan hidupnya di dunia yang hanya mengikuti zaman yang carut-marut, akan tetapi manusia diharapkan hidup dan beraktivitas dengan bahasa langit seperti orang-orang suci, para Nabi, sahabat dan ulama bahkan menyatu dengan Tuhan. Dengan hidup yang dihiasi dengan kesempurnaan bahasa langit dan bumi akan mendapatkan kesempurnaan dalam hidupnya. 

Di samping itu Isra juga merupakan simbol perjalanan hidup Manusia, isra adalah perjalanan mendatar (Horizontal) dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa di Palestina. Hal ini mengisyaratkan proses pertumbuhan yang bersifat kuantitatif. Mi'raj adalah perjalanan naik (Vertikal) dari Masjidil Aqsa ke Sidratul Muntaha mengisyaratkan adanya proses kualitatif. Manusia makhluk Allah yang paling sempurna, memahami hidup ini untuk menjalani proses pertumbuhan dan perkembangan.

Proses perkembangan lebih menekankan pada mental yang bersifat nilai bukan materi. Proses ini lebih berbicara tentang kualitas hidup  manusia misalnya, bodoh menjadi pandai, dari hina menjadi mulia, dari terlaknat menjadi terhormat, dari maksiat menjadi taat. Kemudian proses yang bersifat kuantitatif, dari mulai kecil kemudian besar, sedikit menjadi banyak. Kedua proses yang tidak bisa di pisahkan ini menjadi pembeda antara manusia dan makhluk biologis lainnya. Proses perkembangan adalah proses yang khas pada diri manusia, sebab tidak terjadi pada binatang bahkan Malaikat sekalipun. Sedangkan proses pertumbuhan terjadi pada semua makhluk biologis.

Dalam proses perjalanan Mi'raj kita diingatkan pada tiga titik, atau tiga tempat yang paling penting yaitu, Masjidil Haram, Masjidil Aqsa, dan Sidratul Muntaha. Hal ini mengingatkan juga pada tiga peristiwa penting dalam perjalanan hidup manusia, yaitu kelahiran, kematian, dan kebangkitan. Dengan kata lain, bahwa hidup bagi manusia adalah proses dinamis, proses ke masa depan, maka perjuangan Isra Mi'raj adalah isyarat bagaimana manusia menatap masa depan dan mengabdikan diri pada Allah.
 Dalam peristiwa ini yang termuat dalam hikmah-hikmah Isra Mi’raj yang dapat dipetik dari momen-momen simbolik peristiwa itu adalah:

Satu, kita menemukan, bahwa sejarah mencatat prosesi pembedahan dada Nabi sewaktu Isra Mi’raj. Dari peristiwa itu, kita menangkap simbol pelapangan dada, penyucian hati, penajaman nurani. Lebih spesifik lagi, pembedahan itu beresensi persiapan untuk bermunajat dengan yang Maha Tinggi dan Maha Suci.
Dua, kelapangan dada, kerendahan hati dan ketajaman nurani sebagaimana yang dipraktekkan Nabi, terlihat sangat penting dalam misi-misi profetik dan sosial demi mereformasi tatanan yang tidak ideal. Fungsinya, sebagaimana yang ditegaskan Al-Qur'an, dapat meringankan beban (psikis), mengangkat citra, dan menumbuhkan optimisme, bahwa di balik kesengsaraan ada jalan keluar (QS. Al-Insyirah: 1-6).
Tiga, Isra Mi’raj juga mengandaikan adanya dorongan untuk belajar dari pengalaman orang lain. Perjumpaan dan dialog antara Nabi Muhammad dengan Nabi-Nabi seniornya, soal-jawabnya kepada Jibril (sebagai mana tertulis diatas), menandakan bahwa reformasi menuntut kerendahan hati untuk belajar dari banyak kisah gagal dan sukses orang lain.

Empat, sebatas yang kita amati, spiritualitas atau perasaan bahwa adanya kontrol yang Maha Tahu atas aktivitas kita, menjadi penting tatkala sistim-sistim yang kita reformasi tidak berjalan dengan ruh yang kita idealkan. Wisata spiritual Nabi dalam Isra Mi’raj, menunjukkan bahwa spiritualitas sangat penting untuk menuntaskan misi dan visi reformasi. Sebuah falsafah moralitas mengingatkan kita, bahwa “Innama al-umam al-akhlaq ma baqiyat, fain hum dzahabat akhlaquhum dzahaba” (suatu komunitas akan kekal bersama moralitas; bila moralitasnya hancur, raiblah mereka bersamanya). Wallahu a`lam bi as-showab

Deni Sutan Bahtiar
Penulis Buku-Buku Islam